Rabu, 24 September 2014

Resep Cara Membuat Roti Goreng Isi Cokelat

Cara Membuat Roti Goreng - Setelah kemarin saya berbagi cara membuat roti tawar yang empuk dan lembut, kali ini saya akan berbagi cara membuat dan resep roti goreng isi cokelat. Pada dasarnya caranya hampir sama dengan cara membuat roti goreng lainnya, namun disini saya beri isi cokelat di dalamnya.
Cara membuat roti goreng isi cokelat ini sangat mudah dan dijamin enak rasanya. Rasa rotinya yang empuk dan enak dipadu dengan rasa cokelat pada isinya yang manis dan sangat menggoda tersebut. Tidak bakal menyesal buat kalian yang ingin mencoba membuat roti goreng isi cokelat ini.
Bagaimana cara membuat roti goreng isi cokelat? Sudah penasaran dengan cara membuat roti goreng isi cokelat? Berikut adalah resep cara membuat roti goreng isi cokelat yang enak dan mudah yang bisa kalian coba di rumah kalian.

Cara Membuat Roti Goreng Isi Cokelat

Cara Membuat Roti Goreng Isi Cokelat

Cara Membuat Roti Goreng Isi Cokelat

Bahan Cara Membuat Roti Goreng Isi Coklat :
  • Tepung terigu 50 g ( protein sedang )
  • Tepung terigu 300 g ( protein tinggi )
  • Gula bubuk
  • Kuning telur 2 butir
  • Ragi instan1 bungkus
  • Garam 1/2 sdt
  • Mentega 75 g
  • Air 180 ml
  • Minyak untuk menggoreng
  • Cokelat Meisis 150 g
Cara Membuat Roti Goreng Isi Coklat :
  1. Kulit Roti goreng Coklat: Aduk tepung terigu,  ragi garam, dan telur hingga tercamur rata. Tambahkan air sambil di uleni hingga rata.
  2. Masukan mentega sedikit sedikit sambil terus diuleni agar adonan menjadi kalis serta tak lengket ditangan.
  3. Bulatkan adonan lalu simpan dalam wadah, tutupi dengan kain bersih. Diamkan selama 30 menit agar adonan mengembang. Kempiskan adonan lalu potong dan timbang seberat @30 g. bulatkan lagi.
  4. Ambil adonan lalu pipihkan dan masukan cokelat meisis lalu bulatkan lagi dan diamkan selama 30 menit sampai adonan mengembang.
  5. Jika sudah mengembang goreng roti cokelat hingga berwarna kuning keemasan. Angkat dan tiriskan. Roti greng isi cokelat siap disajikan.

Mahasiswa UMM Jadi Juri Festival Film Internasional

umm-news-4253-id.ps
GO INTERNASIONAL: Lizya dan Maharani (berkerudung) saat bersama tim juri lainnya dalam ajang Seoul International Youth Film Festival (SIYFF) yang berlangsung bulan lalu, 20-28 Agustus 2014, di Seoul, Korea Selatan.
UNIT Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kine Klub Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mulai menunjukkan kiprahnya dalam dunia internasional. Sejak tahun lalu, UKM pecinta sinematografi ini aktif mengirimkan delegasinya sebagai sebagai juri pada festival film internasional.
      Tahun ini, dua aktivis Kine Klub UMM, Lizya Oktavia Kristanti dan Maharina Novia Zahro, dipercaya sebagai juri pada kegiatan Seoul International Youth Film Festival (SIYFF) yang berlangsung bulan lalu, 20-28 Agustus 2014, di Seoul, Korea Selatan. Keduanya merupakan mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UMM.
      Menurut Ketua Kine Klub UMM Noval Dwinuari, dua mahasiswa tersebut mewakili Indonesia sebagai international youth jury yang terdiri dari 40 sineas muda dari 11 negara, yaitu Italia, Spanyol, Jepang, Banglades, Australia, Brazil, Rumania, China, Swiss, Korea Selatan dan Indonesia. SIYFF sendiri, lanjut Noval, merupakan festival film yang fokus pada isu-isu remaja dan anak, yang terpusat di dua venue, yaitu Arirang Media Center dan Seongbuk Art Hall, Seoul.
      Selama menjadi juri, kata Lizya, ia dan sineas muda lainnya diminta menonton sekaligus melakukan kritik pada seluruh film yang dilombakan. Lizya yang juga mantan ketua Kine Klub UMM 2012-2013 ini mengaku mendapat pengalaman multikultural yang amat kaya karena latar peserta kompetisi yang berasal dari beragam negara yang masing-masing memiliki kekhasan budaya yang unik.
      Lebih dari itu, Maharina berharap bisa menyelenggarakan festival serupa di Indonesia. “Jadi, tidak hanya film Indonesia saja yang dikenal dunia internasional, namun mereka juga bisa menikmati secara langsung keragaman budaya bangsa kita berserta segala eksotismenya,” ujar Maharina yang saat ini menjabat koordinator Humas Kine Klub UMM.
      Partisipasi Lizya dan Maharina ini sekaligus melanjutkan kiprah dua aktivis Kine Klub tahun lalu, yaitu Qoriatul Fatmalasari dan Rindya Fery Indrawan yang terlibat aktif pada gelaran Cinemanila International Film Festival Philippines di Manila, Filipina. “Ke depan, kami akan terus mendorong para anggota Kine Klub supaya lebih produktif, agar dikenal tidak hanya pada level nasional, tapi juga internasional,” pungkas Noval. (mi/han)

KOTA SAYA

               Kabupaten Pasuruan adalah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Pusat pemerintah berlokasi di Kota Pasuruan. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan Laut Jawa di utara, Kabupaten Probolinggo di Timur, Kabupaten Malang di selatan, Kota Batu di barat daya, serta Kabupaten Mojokerto di barat. Kabupaten ini dikenal sebagai daerah perindustrian, pertanian, dan tujuan wisata. Kompleks Dataran Tinggi Tengger dengan Gunung Bromo merupakan atraksi wisata utama.
               Kabupaten Pasuruan memiliki keanekaragaman penduduk yang sebagian besar adalah suku Jawa, selain itu bisa juga ditemui suku-suku lain seperti suku Madura serta masyarakat keturunan Tionghoa-Indonesia, Arab dan India. Suku Jawa di Pasuruan terutama adalah dari mereka yang berbahasa Jawa dialek Wetanan serta subsuku Tengger yang hidup di kawasan Pegunungan Tengger (Kecamatan Tosari).
              Kawasan Pasuruan merupakan kawasan pertanian dan perdagangan sejak periode klasik Indonesia. Pelabuhan Pasuruan telah melayani perdagangan untuk kerajaan-kerajaan di Jawa Timur.
Pada masa penguasaan oleh VOC (diserahkan dari wilayah Kesultanan Mataram sebagai imbalan bantuan VOC dalam perang Suksesi Jawa, Pasuruan menjadi salah satu penghasil utama komoditas perdagangan hasil pertanian. Hal ini diteruskan pada periode penguasaan oleh Hindia-Belanda.

Senin, 22 September 2014

Teknologi Makin Maju, Stetoskop Dokter Diperkirakan Segera Punah

Jakarta, Selama ini, stetoskop bukan sekedar alat untuk memeriksa tetapi sudah menjadi bagian dari identitas dokter. Sulit menemukan dokter manapun yang sedang bertugas tanpa mengalungi stetoskop, meski kadang-kadang tidak digunakan.

Dalam beberapa tahun ke depan, diperkirakan alat tersebut akan punah karena semakin jarang digunakan. Seorang dokter yang juga editor jurnal ilmiah mengatakan, kemajuan teknologi telah menggeser fungsi stetoskop. Kini banyak alat lain yang lebih akurat untuk memeriksa.

Alat yang dimaksud adalah ultrasonik portable, sebuah perangkat yang bentuknya mirip ponsel. Fungsinya jauh lebih lengkap karena bisa dipakai untuk memeriksa jantung, paru-paru, dan organ bermasalah lainnya dengan lebih akurat dan tentunya lebih praktis.

"Dengan alat ultrasonik tersebut, dokter tidak cuma bisa melihat langsung ke dalam jantung tetapi semua organ di dalam tubuh," kata Dr Jagat Narula, profesor kardiologi dari Mount Sinai School of Medicine dalam editorialnya di jurnal Global Heart, seperti dikutip dari Livescience, Jumat (24/1/2014).

Kemampuan ultrasonik melihat organ di dalam tubuh dinilai bisa mencegah kesalahan diagnosis. Ketidaknormalan fungsi organ juga bisa teramati dengan lebih akurat. Stetoskop hanya bisa mengamati dari luar, berdasarkan apa yang terdengar di telinga saja.

Penggunaan ultrasonik yang lebih praktis dari stetoskop diperkirakan juga mempengaruhi interaksi dokter dengan pasien. Pemeriksaan yang lebih cepat membuat dokter punya lebih banyak waktu untuk ngobrol dan mendengarkan keluhan-keluhan pasiennya.

Stetoskop pertama kali diciptakan pada tahun 1817 oleh Rene Laennec, seorang dokter asal Prancis. Tujuannya memang untuk 'melihat' isi rongga dada. Dengan kondisi dan keterbatasan teknologi pada masa itu, bisa mendengar suara dari dalam tubuh dengan lebih jelas dianggap sudah sangat bagus.